Home » Akhlak » Kejahilan Berbalut Kebobrokan Moral

Kejahilan Berbalut Kebobrokan Moral

 

Kejahilan tidaklah terangkai hanya dalam satu warna. Sebagaimana ilmu dan pengetahuan memiliki ragam dan bentuk, seperti ini jugalah warna-warni kejahilan itu berwujud. Kita tidak perlu heran ataupun kesal dengan adanya ragam kejahilan, sebab ia adalah fitrah yang mesti terpatri dalam individu-individu tertentu. Akan tetapi, sebagai muslim, kita harusnya geram dan memiliki ghirah terhadap bentuk kejahilan yang dipublikasikan dan dibangga-banggakan, apalagi jika hal ini dibaluti dengan kebobrokan moral dan kejahatan akademis. Anda tak perlu menghayal jauh-jauh untuk memberikan permisalan tentang bentuk kejahilan paling mengerikan ini, lantaran kebanyakan media baik audio, visual ataupun cetak, menjadikan kejahilan bentuk ini sebagai aktifitas dan kreatifitas utama mereka.
Ya, dengan ragamnya kreatifitas pemolesan kejahilan, baru-baru ini kita dikagetkan dengan bentuk kreasi kejahilan aneh dan tak berbobot. Kejahilan Agamis yang berbalut Kejahatan Akademis dan Kebobrokan Moral. Apalagi kalau bukan spanduk “Tuhan Membusuk “. Tragisnya, slogan terlaknat ini –secara nampak- bukan hasil kreasi para pemuja Marxisme dengan pemikiran atheisnya, bukan pula produk yang terlahir dari rahim Paganisme. Sekali lagi, ini secara nampak. Namun ia sengaja digembor-gemborkan oleh oknum Senat di salah satu Fakultas Universitas Islam, demi mendidik junior-junior lugu mereka akan nilai-nilai moral dan agamis yang mengenaskan dan sama sekali tak berkwalitas. Kwalitas apa yang bisa diharapkan dari OSPEK senior yang dalam dirinya tertanam kejahilan sekaligus kejahatan jenis ini ?!. Bahkan saya sangat setuju dengan pernyataan Ustadz Irfan (Ketua MMI) bahwa fenomena ini adalah potret kian bertambah gagalnya pendidikan di Indonesia dalam menciptakan generasi muda yang berkarakter, berakhlak dan cerdas. dan bahwa kasus ini melengkapi rapor merah hasil pendidikan Indonesia”.
Anda tak perlu menuduh bahwa kami terlalu kontekstual memahami slogan ini, atau terlalu dungu untuk bisa memahami nilai-nilai dan pesan moral dari spanduk tersebut sembari mengemukakan berbagai alasan. Anda mungkin mengatakan maksud dari spanduk ini adalah ” Untuk mengembalikan nilai-nilai ketuhanan yang sudah mulai mengalami ‘pembusukan’ dalam diri masyarakat beragama” Seraya berdalih : “Dengan tema ini, kami berharap mahasiswa baru bisa menerapkan nilai-nilai ketuhanan dalam kehidupan sehari-hari,”. Jika demikian, masih ada jutaan kata yang harusnya bisa mewakili “rasa keprihatinan” ini, tak perlu membuat sensasi dan profokasi dengan mengekor Nietzsche dalam Zarathustra yang mengklaim : ‘God is Dead’. Soalnya, nilai-nilai yang dipaparkan dan kata-kata keji slogan itupun ibaratnya jauh panggang dari api. Tak perlu berlogika dan berinkonstektual jauh-jauh, sebab kata “busuk” adalah sebuah kata pelecehan dan penistaan paling kotor jika ditujukan pada diri anda, orangtua anda, atau pada senat dan universitas anda –walaupun disertai pemaparan nilai-nilai inkontekstual diatas-, lalu apatah lagi jika dituduhkan dan disandangkan pada Tuhan (Allah) dan Islam ?! Anehnya, salah satu bentuk kejahilan yang dihiasi dengan kebobrokan moral dan kejahatan akademis ini hanya dibiarkan begitu saja, tanpa ada proses hukum. Bandingkan dengan bentuk kejahilan lain (baca : kejahilan yang berbalut sikap fanatik sukuisme) yang dilakukan seorang mahasiswi bernama Florence ketika menghina masyarakat Yogya melalui akun Facebooknya, akibatnya sehari setelahnya ia pun diamankan oleh Polda DIY.
Tak diragukan lagi, wajib bagi orang jahil semisalnya yang melontarkan kata-kata keji ini kepada Allah ta’ala untuk bertaubat dengan taubat nashuha, dan harus kembali mengkaji dan mempelajari dasar-dasar aqidah dan prinsip-prinsip keimanan dalam ajaran Islam. Walaupun tujuan dan misinya baik, namun tak perlu mengikuti bisikan hawa nafsu untuk memilih kata-kata celaan demi sebuah sensasi dan kreasi. Sebab ini adalah salah satu bentuk ucapan kekufuran, dan sesuatu yang baik tak mungkin diterima oleh manusia jika diungkapkan dengan slogan celaan dan penistaan, apatah lagi Allah ta’ala. Dalam hadis : “Sesungguhnya Allah Maha Baik, dan tidak menerima kecuali yang baik”. (HR Muslim)
Lagipula Dia telah memerintahkan kita semua dalam firman-Nya yang Artinya : “Dan Katakanlah pada hamba-hamba-Ku : agar mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik”.(QS Al-Isra’ : 53).
Para ulama menyatakan bahwa ucapan yang baik-baik mencakup ; baik dari segi lafaz / pembawaannya, dan juga dari segi maknanya. Artinya tak hanya baik dari segi makna dan inkontekstualnya, namun harus baik dari segi lafaz dan kata-katanya. Walaupun ayat ini lebih tertuju pada interaksi sesama manusia, namun dalam kaitannya dengan interaksi terhadap Allah, harus lebih diperbaiki.
Adapun jika lafaz penistaan ini dilontarkan dengan tujuan menghina Allah ta’ala maka pelakunya telah kafir, walaupun hanya untuk bercanda , simak firman-Nya : ”
وَلَئِن سَأَلۡتَهُمۡ لَيَقُولُنَّ إِنَّمَا كُنَّا نَخُوضُ وَنَلۡعَبُۚ قُلۡ أَبِٱللَّهِ وَءَايَٰتِهِۦ وَرَسُولِهِۦ كُنتُمۡ تَسۡتَهۡزِءُونَ ٦٥ لَا تَعۡتَذِرُواْ قَدۡ كَفَرۡتُم بَعۡدَ إِيمَٰنِكُمۡۚ
Artinya : “Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan manjawab, “Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja”. Katakanlah: “Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?. Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. (QS At-taubah : 65-66).
Oleh karena itu, sangat diwajibkan atas seorang muslim untuk memilih kata-kata yang terbaik untuk disandangkan dengan nama Allah ta’ala, agar tidak terjatuh dalam dosa besar dan kekufuran tanpa sadar. Wallaahu a’lam.

Oleh Maulana La Eda
(Mahasiswa Pascasarjana (s-2) Jurusan Ilmu Hadis Universitas Islam Madina)

 

 

Sumber : Kejahilan Berbalut Kebobrokan Moral | Wahdah Islamiyah http://wahdah.or.id/kejahilan-berbalut-kebobrokan-moral/#ixzz3FRMGEM00

Check Also

Dibolehkannya Memberi Kuniyah Untuk Seorang Wanita Dengan Ummu Fulan Dan Ummu Fulanah

Ketahuilah bahwa semua ini tidak dilarang, dan banyak orang dari golongan tokoh salaf yang utama …