Kasus video porno artis sempat menghentak khalayak khususnya kaum muda yang banyak mengidolakan mereka. Lagu-lagu Ariel yang dibawakan bersama grup band-nya dihafal hampir semua remaja bahkan anak-anak. Poster-poster Ariel pun banyak menghiasi dinding baik remaja putra dan putri di kamar pribadi masing-masing. Model rambutnya ditiru, gaya berpakaiannya juga tak ketinggalan, bahkan dalam tataran gaya bicara pun dijiplak. Ketika konser, ribuan penonton rela berdesak-desakan dan histeris demi bintang pujaan.
Itulah gambaran mayoritas perilaku remaja Indonesia dan dunia dalam mengidolakan artis kesayangan. Sebuah histeria fans yang seringkali tak masuk akal. Dan ketika si artis akhirnya terlibat perilaku tak senonoh, bukan mustahil para fans berbondong-bondong menirunya. Masih untung mereka yang segera sadar dan merasa muak terhadap perilaku maksiat yang dilakukan idolanya. Sayangnya masih banyak juga yang tetap membela dan merasa bahwa kemaksiatan yang dilakukan si artis bukan masalah besar. Mereka tetap mendukung dan menyalahkan pengedar serta masyarakat yang menghujat.
Sobat remaja muslim, kita patut prihatin dengan fenomena ini. Ternyata banyak remaja kita yang masih buta dalam melihat kenyataan dan jahiliyah pada pola pikir dan perilakunya. Artis yang jelas-jelas berbuat maksiat masih dibela dan didukung. Mereka ini masih beranggapan bahwa perbuatan mesum si artis adalah urusan pribadinya dan tak ada kaitannya dengan kreativitas bermusik.
…Para pendukung artis berperilaku mesum ini lupa bahwa selain zina adalah dosa besar…
Para pendukung artis berperilaku mesum ini lupa bahwa selain zina adalah dosa besar, efek dari video mesum ini benar-benar mengiriskan hati. Seorang anak perempuan kecil menjadi korban perkosaan oleh dua orang laki-laki yang masih berusia SD dan SMP usai mereka berdua menonton video cabul ini. Menunggu berapa banyak lagi korban untuk membuat sadar pelaku, pengedar dan pendukung kemaksiatan ini?
Inilah akibatnya bila mengidolakan artis yang memang gaya hidupnya serba bebas hampir-hampir tanpa batas. Padahal di KTP-nya tertera beragama Islam tapi kelakuannya sama sekali tak menunjukkan jati diri sebagai seorang muslim. Apakah kemudian agamanya yang disalahkan atas perilaku bejat seseorang? Sempit sekali bila ada yang berpikiran seperti itu. Semua ini terjadi akibat miskinnya keimanan dalam diri. Diperparah oleh kendurnya kontrol masyarakat dan kontroversi apakah negara boleh memasuki ruang pribadi warga negaranya (sekulerisme), lengkap sudah kesalahan kolektif ini.
Tak ada manusia yang sempurna, itu betul. Orang shalih saja tak sempurna dan terbuka peluang untuk berbuat dosa, apalagi dunia artis yang memang identik dengan kemaksiatan. Jadi tak ada alasan bagi kamu untuk tetap mengidolakan mereka, apa pun alasannya. Artis A tuh memakai kerudung, artis B tuh alim karena selalu memakai baju takwa, mungkin itu dalihmu. Buka kesadaranmu bahwa ketika main sinetron pun, tetap saja mereka rela dipeluk-peluk oleh laki-laki yang bukan mahram dan tidak halal baginya. Begitu juga artis laki-laki juga tetap saja memilih berpacaran dulu sebelum memutuskan menikahi seorang gadis meskipun ia terkenal alim.
…STOP mengidolakan artis, karena tak ada manfaat sedikit pun. Sebaliknya, madharatnya jauh lebih banyak yang bisa mengantarkan kamu serupa dengan mereka bila tak segera berubah dan taubat…
STOP mengidolakan artis. Tak ada manfaat sedikit pun yang bisa kamu peroleh dari sini. Sebaliknya, madharatnya jauh lebih banyak yang bisa mengantarkan kamu serupa dengan mereka bila tak segera berubah dan taubat. Daripada menghafal lagu-lagu mereka, mending kamu menghafal rumus fisika. Malah akan jauh berpahala bila kamu menghafal ayat-ayat dalam Al-Qur’an. Daripada selalu up-date berita konser dan pacar baru mereka, jauh lebih oke bila kamu up-date perkembangan terkini dunia Islam yang diincar barat untuk dihancurkan baik dari luar maupun dari dalam.
Jadilah remaja muslim yang cerdas. Buang jauh-jauh kejahiliyahan berpikir dan bersikap dengan tidak lagi mengambil sosok artis sebagai idola.
Disarikan dari
http://www.voa-islam.com/teenage/young-spirit/2010/06/26/7476/stop-mengidolakan-artisbanyak-madharatnya/