Tetapi sayang sekali! kenyataannya ucapan ini belum bisa dibilang cukup untuk menunjukkan sesuatu yang kita inginkan. Saat ini sebutan “ Muslim” pada seseorang belum bisa dianggap menunjukkan bagaimana cara pemahamannya tentang islam bahkan tidak juga menunjukkan bahwa dia mengerti hakikat islam!!.
Saat ini merupakan hal biasa, jika anda mendengarkan istilah muslim sosialis, muslim liberialis, muslim moderat dan muslim sekularis atau seorang muslim yang berpandangan tidak perlu berhukum dengan syariat islam, atau tidak menyukai sebagian hukum pidana islam atau tidak senang dengan amal ma’ruf nahi munkar dan jihad fisabilillah.
Hal ini tak lain menunjukkan bahwa masyarakat belum memahami islam sebagaimana yang diturunkan kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Telah berabad-abad lamanya tangan-tangan berlumuran dosa ini bercampurkan rona dan noda dalam pemahaman kaum muslimin untuk mengaburkan islam dalam pikiran mereka, menggoyahkan keyakinan mereka terhadapnya, dan memalingkan mereka dari keimanan yang benar kepada kekafiran total atau setidak-tidaknya melakukan penyimpangan dalam memahami dan menjalankan islam.
Yang sadar untuk memperjuangkan Islampun ternyata kadang memahami Islam secara sepotong-sepotong. Sebagian dari mereka berpendapat, islam hanyalah menyangkut kegiatan ritual dan syiar semata. Mereka menolak untuk berdakwah diluar masalah shalat dan dzikir. Sebagian yang lain tidak mau berbicara dengan anda kecuali tentang pembersihan aqidah dan khurafat dan mitos, sedangkan terhadap tindakan para penguasa yang sekuler yang mengganti syariat Allah dan keluar dari islam, mereka menutup mata. Kelompok yang lain memandang islam adalah belajar, menghafal dan mengajar. Adapun da’wah dan jihad tidak termasuk didalamnya.
Lalu kelompok yang lain, lebih menggembar-gemborkan persiapan dan pengumpulan senjata seraya meneriakkan:“ Jihad…..! Jihad …. !”. Namun mereka lalai mendidik anggota-anggotanya dengan manhaj islam dalam berbagai aspek kehidupan.
Lalu bagaimana Memahami Islam yang sebenarnya ?
Islam berarti menyerahkan diri, tunduk dan patuh kepada Allah Rabbul ‘alamin secara suka rela dengan cara mematuhi semua ajaran yang disampaikan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, baik yang berupa perintah, larangan, hukum dan norma maupun batasan-batasan yang mengatur kehidupan manusia serta segala yang lazim bagi manusia kapan dan dimanapun, dengan jaminan terwujudnya kebaikan didunia dan diakhirat.
Dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak belajar selain dari Allah Subhaanahu wa Ta’ala. Sedangkan para khalifah penggantinya serta sahabat-sahabat beliau tentulah tidak akan mengambil tuntunan selain dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Fakta ini mengandung petunjuk bahwa tuntunan Nabi memang mengandung segala sesuatu untuk membangun dan mengatur kehidupan dunia sebagaimana yang dilakukan dan diterapkan oleh para Khulafa Arrasyidin.
Kita memerlukan aqidah yang shahih agar akidah kita lurus dan hati menjadi tenang, yakin dan tawakkal, bersandar kepada pencipta sehingga tidak memperdulikan musibah apapun yang menimpa. Kepada aqidah inilah kita menyeru dan berda’wah, berdasarkan aqidah ini pula kita menjadi manusia.
Kita memerlukan ibadah-ibadah dan syiar-syiar, baik yang fardhu maupun yang sunnah. Karena itulah satu-satunya bekal yang kita miliki. Bagaimana mungkin menempuh perjalanan hidup ini tanpa bekal ? ibadah dan syiar itu akan menapis isi hati, membersihkan anggota badan dan menyucikan qolbu. Dia juga merupakan senjata kita menghadapi nafsu dan setan. Kita bekerja untuk menegakkan syiar-syiar ini dan mengajak manusia berdisiplan dengannya.
Kita memerlukan ilmu, agar ibadah pengabdian kita kepada Allah sesuai dengan perintah-Nya. Agar kita tidak tersesat atau tersimpang dan tidak termasuh dalam golongan :
“ Orang –orang yang hilang usaha mereka dalam kehidupan dunia, sedangkan mereka mengira bahwa mereka telah berbuat baik”. (QS Al- Kahfi: 104)
Kita belajar, lalu mengajarkan ilmu yang telah kita ketahui.
Kita memerlukan akhlaq yang baik agar bisa berinteraksi dengan cara yang lurus dan memiliki budi pekerti yang luhur , agar masing-masing diperlakukan sesuai haknya dan perintah syariat; agar dalam beramal dan berkata, kita tidak binasa di dunia dan di akhirat. Kita selalu berusaha memperbaiki akhlaq kita dan orang-orang disekitar kita.
Kita perlu menda’wahkan islam kepada setiap manusia, kepada orang kafir agar masuk islam, kepada ahli maksiat agar bertaubat dan kepada orang mu’min agar mantap dan meningkat imannya. Kalau kita tidak melakukannya, islam dan dakwah akan punah dimakan api propaganda kafir yang berkobar disetiap jengkal bumi. Kita adalah juru da’wah bagi agama ini dengan menyampaikan berita gembira sekaligus ancaman.
Kita perlu beramar ma’ruf nahi munkar. Jika tidak, tentulah berbagai kemungkinan menjepit kita merusak kehidupan kita mencekik nafas da’wah kita dan menghapuskan pengaruhnya.
Kita menyingkirkan setiap kemungkaran yang kita jumpai dari jalan dan memerintahkan setiap kebaikan yang hilang dari kita, sesuai ketentuan”Sang pemberi syariat” dan penjelasan para ulama.
Kitapun memerlukan jihad karena tanpa jihad bendera islam tidak akan berkibar dan pemerintahan syirik tidak akan musnah. Sesungguhnya jihad adalah jalan untuk mengembalikan sistem kekhalifaan, setelah menggulingkan para penguasa kafir yang menggantikan sistem tersebut. Kita terus membuat persiapan jihad dan mengajak orang-orang mu’min untuk melakukannya.
Kita perlu konsisten melaksanakan tuntutan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam masalah besar maupun kecil. Karena ini akan mendatang rasa cinta kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan agama Allah ini sekaligus merupakan suatu tanda kecintaan kita kepada Allah, sebagaimana Allah berfirman :
“Katakanlah ; Kalau kalian mencintai Allah maka ikutilah aku, niscaya Allah mencintai kalian!“ (QS. Ali Imran: 31)
Kita sangat ingin berpegang teguh kepada tuntunan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan menyeru manusia agar konsistem melakukannya.
Kita perlu bahkan sangat perlu menegakkan hukum berdasarkan syariat Allah dalam segala urusan. Kita berupaya, berda’wah dan berjihad untuk mengembalikan syariat Allah sebagai sumber dan acuan hukum.
Kita memerlukan semua ini dan semua ajaran yang dibawa oleh islam baik menyangkut aqidah, syariat-syariat dan nilai-nilai. Kita tidak bisa dengan alasan apapun melepaskan diri dari sebagian ajaran yang dibawa oleh islam. Bila itu terjadi, maka masa depan gerakan dan da’wah kita akan berakhir dengan kegagalan dan kehancuran karena sesungguhnya Allah Ta’ala hanyalah memberikan jaminan pertolongan untuk agama yang diturunkan kepada nabi-Nya ini. Dia juga berjanji akan memenangkan para hamba-Nya yang berdisiplin dengan agama-Nya.
“Dan benar-benar Allah akan menolong siapa yang menolong (Agama)–Nya.” (QS Al Hajj :40)
Satu-satunya barometer yang benar untuk memahami islam secara benar, bebas dari kekurangan dan bersih dari cacat adalah dengan mempelajari pemahaman islam para salaful ummah. Mereka itu adalah para sahabat nabi, tabi’in dan pengikut mereka serta para ulama yang terpercaya yang mengikuti mereka, yang tidak mengada-adakan penambahan, penggantian dan perubahan ajaran islam, dan yang melaksanakan sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:
“Hendaklah kalian mengikuti sunnahku dan sunnah khalifah yang lurus dan terhidayahi sesudahku, berpegang teguhlah kepadanya ! “.
Amanat agama ini telah dipikul dengan sebaik-baiknya oleh para ulama dari setiap generasi, yang oleh Allah telah dianugrahi keahlian dalam urusan ini dan dibimbing untuk memikul amanat ini merekalah orang-orang yang mengikuti yang menaati sunnah. Sehingga terbukalah bagi mereka jalan yang lurus. Maka barang siapa yang ingin mendapatkan petunjuk kepada jalan yang lurus ini, yang telah mereka lalui, hendaklah senantiasa mengikuti jalan mereka. Imam Al Auza’i berkata:
“Sabarkanlah dirimu diatas sunnah, berhentilah dimana kaum salaf itu berhenti, katakanlah yang mereka katakan, tahanlah diri dari apa yang mereka hindari dan jangan tinggalkan jalan kaum salaf yang sholeh, niscaya hal itu akan melapangkan mu sebagaimana telah melapangkan mereka“.
Mengikuti pemahaman salaf ash shaleh adalah jaminan satu-satunya untuk masuk dalam thaifah manshurah (Golongan yang dimenangkan) yang tegak diatas kebenaran. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda yang artinya:
“Senatiasa ada sekelompok dari ummatku yang berperang atas dasar kebenaran dan unggul sampai hari kiamat” (HR. Bukhari)
Tanpa mengikuti mereka, maka islam yang kita laksanakan hanya merupakan pengakuan dusta atau bid’ah penuh dosa. Setiap kita bisa saja mengaku dia-lah yang paling benar keislamannya, namun selalu saja yang menjadi pengukurnya adalah Al-Qur’an dan As Sunnah serta pemahaman As Salaf Ash shalih.
Ya Allah! Matikanlah kami diatas Islam dan sunnah. (Al Fikrah)
———————————-
Sumber :
Mitsaq Al ‘Amal Al Islamiy edisi indonesia, Hal. 47-68 .
diringkas oleh :Muh. Ihsan Zainuddin Lc.
http://www.wahdah.or.id/wis/index.php?option=com_content&task=view&id=710&Itemid=188