Membangun Kembali Peradaban Islam
Secara Sinergis, simultan dan konsisten
Oleh Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi
Proyek besar yang telah lama digagas dan dirintis oleh para tokoh pemikir dan pembaharu Muslim baik di Timur Tengah mapun di belahan bumi seperti di anak benua Indo-Pakistan, di dunia Melayu, dan di dunia Barat adalah Membangun Kembali Peradaban Islam. Dengan segala kekurangan dan kelebihan, kegagalan dan keberhasilan yang dicapai oleh para pendahulu kita, kita berkewajiban untuk mengambil pelajaran dari mereka dan menyusun strategi baru bagi kelanjutan proyek tersebut.
Proyek ini semakin penting untuk dibahas kembali dan perlu terus direalisasikan secara perlahan-lahan. Sebab stigmatisasi masyarakat Barat terhadap Islam dan umat Islam dengan “fundamentalisme, terrorisme, ekslusifisme” dsb. yang marak akhir-akhir ini berangkat dari asumsi bahwa Islam hanyalah denominasi agama dan kepercayaan yang menghasilkan fanatisme. Akibat stigma ini umat Islam bersikap responsif dan reaktif sehingga cenderung hanyut ke dalam bahasa-bahasa peperangan psikis (psy-war) yang tidak produktif bagi dialog peradaban. Mereka seakan melupakan fakta bahwa Islam adalah sebuah agama yang telah terbukti mampu berkembang menjadi peradaban yang bermartabat yang kaya dengan konsep dan sistem kehidupan yang teratur selama berabad-abad lamanya.
Masyarakat dunia kini memerlukan dialog dalam bahasa peradaban, bukan hanya dalam bahasa agama. Disini identitas masing-masing peradaban perlu diperkenalkan kembali, untuk kemudian ditemukan sisi perbedaan dan persamaan agar dapat ditentukan bentuk kerjasama dan batas-batas toleransi yang dapat dan harus dipegang.
Secara internal proyek pembangunan peradaban Islam merupakan jawaban konprehensif bagi berbagai persoalan yang menggelayuti kehidupan umat Islam dewasa ini. Oleh karena itu diperlukan pembahasan yang agak radikal (dari radiksnya), yaitu dengan merujuk konsep-konsep dasarnya di atas mana peradaban Islam pernah dibangun dan akan kita bangun kembali.