Bagian Kedua Dari Hadits:
Sedangkan dalam urusan ketaatan dan taqarrub kepada Allah, maka hendaklah seseorang melihat orang-orang yang berada di atas mereka dan menumbuhkan kesadaran bahwa dirinya masih banyak diliputi dengan berbagai kekurangan serta merasa iri melihat orang-orang yang telah melebihi dirinya. Sehingga memotivasi dirinya untuk sungguh-sungguh berlomba menyaingi mereka. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
“Bergegaslah kalian menuju ampunan dari Allah dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang diperuntukkan kepada orang-orang yang bertakwa.” (QS Aali Imraan [3]: 133).
Dalam ayat yang lain, Allah Ta’ala menegaskan:
أُولَئِكَ يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَهُمْ لَهَا سَابِقُونَ
“Mereka itu berlomba-lomba untuk meraih kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera mengerjakannya.” (QS. Al Mu’minuun [23]: 61).
Allah Ta’ala juga mengingatkan kita dengan firman-Nya:
وَفِي ذَلِكَ فَلْيَتَنَافَسِ الْمُتَنَافِسُونَ
“..dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba.” (QS. Al Muthaffifiin [83]: 26).
Dalam hadits Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu, yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
المُؤْمِنُ القَوِيُّ خَيرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللهِ مِنَ المُؤْمِنِ الضَّعيفِ وَفي كُلٍّ خَيرٌ. احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ، واسْتَعِنْ بِاللهِ وَلاَ تَعْجَزْ.
”Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah dari pada mukmin yang lemah, sedangkan pada masing-masing ada kebaikannya. Bersemangatlah kamu mencapai sesuatu yang bermanfaat bagimu. Mohonlah pertolongan kepada Allah dan janganlah kamu merasa tak berdaya”. (HR. Muslim, no. 2664).
Dalam Shahih Bukhari (no. 6122) dan Shahih Muslim (no. 2823), dari Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu, Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
حُفَّتْ الْجَنَّةُ بِالْمَكَارِهِ وَحُفَّتْ النَّارُ بِالشَّهَوَاتِ
“Surga itu diliputi oleh hal-hal yang dibenci (oleh hawa nafsu) sedangkan neraka itu diliputi oleh (hal-hal yang disenangi) syahwat.”
Semua yang telah dijelaskan dalam hadits di atas, dilakukan dengan tujuan agar tidak meremehkan dan menganggap sedikit karunia yang telah Allah berikan pada dirinya, yang bisa mendatangkan kemurkaan Allah. Kalau melihat orang yang lebih rendah, maka menjadikan dirinya bersyukur, tawadlu’ dan memuji Allah. (At Taysiir Bi Syarhi al Jaami’ ash Shaghiir karya Imam al Munaawi 1/773 dan Tuhfatul Ahwadzi, 7/182).
Imam Ibnu Rajab al Hambali menyebutkan beberapa atsar dari para imam salafush shaleh terkait dengan hal ini. Kami ambilkan tiga ungkapan tersebut. Mudah-mudahan bisa memberi motivasi kita untuk semangat beramal kebajikan.
Imam Hasan Al Bashri mengatakan:
إِذَا رَأَيْتَ الرَّجُلَ يُنَافِسُكَ فِي الدُّنْيَا فَنَافِسْهُ فِي الآخِرَةِ
“Jika engkau lihat seseorang mengunggulimu dalam urusan dunia, maka unggulilah dia dalam urusan akhirat.”
Wuhaib bin Al Ward mengatakan:
إِنِ اسْتَطَعْتَ أَنْ لاَ يَسْبِقَكَ إِلَى اللهِ أَحَدٌ فَافْعَلْ
“Jika kamu mampu untuk tidak ada seorangpun yang mengunggulimu dalam perlombaan menggapai (ridla) Allah, maka lakukanlah.”
Sebagian ulama salaf mengatakan:
لَوْ أَنَّ رَجُلاً سَمِعَ بِأَحَدٍ أَطْوَع للهِ مِنْهُ كَانَ يَنْبَغِي لَهُ أَنْ يحزنه ذلِكَ
“Apabila seseorang mendengar ada orang lain yang lebih taat kepada Allah dari dirinya, sudah selayaknya dia sedih karena hal tersebut.” (Latho-if Ma’arif, hal. 268).
Selesai. Walhamdulillahilladzi bini’matihi tatimmush-shalihaat