Home » Akhbaar » Indonesia Bertadabbur al Qur’an

Indonesia Bertadabbur al Qur’an

Sungguh, Tadabbur al-Qur’an itu sangat urgen. Karena ia merupakan sebab kemuliaan (izzah) kita. Tadabbur juga merupakan manhaj/metode nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam berinteraksi dengan al-Qur’an dan mengajarkannya kepada para sahabat. Imam Malik rahimahullah berkata, “Generasi Akhir ummat ini tidak akan membaik, kecuali dengan mengikuti metode yang telah mejadikan generasi awal ummat ini membaik”. Generasi awal membaik dan berjaya karena berpedoman pada al-Qur’an dan as-ssunah. Mentadabburi ma’na Qur’an dan Sunnah merupakan jalan untuk memperbaiki keadaan umat dengan Qur’an dan Sunnah. Tadabbur merupakan cara terbaik untuk mengakrabkan ummat dengan Qur’an dan Sunnah. Sebagaimana dalam sabdanya, “Telah kutinggalkan untuk kalian dua perkara, kalian tidak akan tersesat selama kalian berpegang dengan kedua hal tersebut, yaitu Kitab Allah dan Sunnah Nabi-Nya. Dan seseorang tidak mungkin bisa  tamassuk berpegang teguh dengan Qur’an dan Sunnah tanpa diawali dengan  pemahaman dan tadabbur terlebih dahulu.

Paragraf di atas dikutip dari pengantar Syekh. Prof.Dr Nashir al-‘Umar pada website http://www.tadabbor.com/. Sebuah web site Tadabbur Al-Qur’an. Tujuan dari web tersebut adalah menggalakkan tadabbur al-Qur’an yang saat ini masih belum diperhatikan secara serius oleh umat Islam. Sedangkan Syekh Nashir merupakan ketua Lembaga Tadabbur al-Qur’an Internasioanal. Sebuah lembaga yang didirikan untuk memasyarakatkan Tadabbur al-Qur’an di tengah-tengah masyarakat Islam.

Kembali ke soal tadabbur. Alhamdulillah, saat ini perhatian kaum Muslimin untuk membaca dan menghafal al-Qur’an kembali muncul. Kesadaran untuk berinterksi dengan al-Qur’an melalui bacaan dan hafalan kembali lahir. Hal ini dapat dilhat dengan munculnya lembaga penghafalan al-Qur’an (pesantren tahfidz, halaqah tahfidz, rumah tahfidz, dsb) bermunculan di mana-mana. Tentu saja ini merupakan fenomena yang patut disyukuri. Karena ini menunjukan semangat kaum Muslimin untuk kembali kepada al-Qur’an.

Akan tetapi kesadaran kaum Muslimin untuk membaca dan menghafal al-Qur’an belum disertai oleh kesadaran untuk bertadabbur. Fenomena inilah yang disoroti oleh Syekh Nashir al-‘Umar hafidzahullah. Dalam salah satu tulisannya yang dipublikasikan oleh http://www.almoslim,beliau menulis:

Setiap orang yang memperhatikan keadaan kaum Muslimin hari ini, maka ia akan menyaksikan perhatian yang besar dari kaum Muslimin terhadap al-Qur’an. Perhatian tersebut ditunjukan oleh seluruh lapisan masyarakat baik pria maupun wanita, anak-anak dan orangtua dengan membaca (tilawah) dan menghafal (hifdz). Lembaga-lembaga penghafalan al-Qur’an (tahfidz) tersebar di seluruh penjuru negeri. Masjid-masjid penuh dengan halaqah-halaqah (kelompok) yang membaca dan mengahafal al-Qur’an (halaqah tilawah dan tahfidz). Demikian pula dengan daurah-daurah tahfidz yang setiap tahun menelorkan puluhan sampai ratusan penghafal al-Qur’an (hufadz). Sampai-sampai ada yang mengatakan  bahwa abad ini merupakan abad emas penghafalan al-Qur’an.

Semua ini merupakan fenomena yang menggembirakan. Sebab, ini menunjukan perhatian/semangat umat Islam terhadap Kitabullah dan antusiasme mereka untuk memperoleh pahala  besar yang dijanjikan oleh Allah kepada para hamba-Nya, pembaca dan penghafal al-Qur’an. Akan tetapi sangat disayangkan, semangat dan antusiasme dalam membaca dan menghafa al-Qur’an tidak disertai dengan semangat yang sama dalam mentadabburi dan memahami. Hingga kita menyaksikan ada diantara mereka yang menamatkan dan menyemuprnakan hafalan, tapi tidak mengetahui makna dari awal surat yang dihafalkannya. (http://www.almoslim.net/node/137355)

Beliau juga memandang bahwa Tadabbur merupakan satu bentuk interaksi dengan al-Qur’an yang tidak dapat dipisahkan dengan tilawah (membaca) dan hifdz (menghafal). Sebab Allah yang menurunkan al-Qur’an sendiri tidak sekadar menganjurkan tilawah dah hifdz, tapi Allah juga menganjurkan untuk bertadabbur. Dalam catatan Sekjen Ikatan Ulama Muslim Sedunia ini, setidaknya ada tiga metode yang digunakan oleh Allah dalam mengajak dan memotifasi untuk tadabbur.

Pertama, Dengan menjelaskan bahwa tadabbur merupakan maksud dan tujuan dirunkannya al-Qur’an, sebagaimana dalam surat Shad ayat29:

كِتَابٌ أَنزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِّيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ [٣٨:٢٩]

Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran. (QS:Shad ayat29)

Kedua, Dengan mengingkari sikap orang-orang yang meninggalkan tadabbur, sebagaimana dalam surat al-Mu’minun ayat 68:

أَفَلَمْ يَدَّبَّرُوا الْقَوْلَ أَمْ جَاءَهُم مَّا لَمْ يَأْتِ آبَاءَهُمُ الْأَوَّلِينَ [٢٣:٦٨]

Maka apakah mereka tidak memperhatikan perkataan (Kami), atau apakah telah datang kepada mereka apa yang tidak pernah datang kepada nenek moyang mereka dahulu? (QS Al-Mu’minun ayat 68)

Ketiga, Dalam ayat lain Allah mewajibkan tadabbur [secara tersirat] sebagaimana dikatakan oleh Imam Syaukani  berdasarkan  surat an-Nisa ayat 82 dan Muhammad ayat 24.

أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ ۚ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِندِ غَيْرِ اللَّهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلَافًا كَثِيرًا [٤:٨٢]

Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? Kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya. (QS: An-Nisa ayat 82).

أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَىٰ قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا [٤٧:٢٤]

Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran ataukah hati mereka terkunci?

Ayat-ayat di atas menunjukan pentingya tadabbur dalam berientekasi dengan al-Qur’an. Bahkan Syekh Nashir mengategorikan tadabbur sebagai satu dari tiga kewajiban terhadap al-Qur’an. Dalam salah satu tulisannya yang berjudul Tsalats Wajibat al-Muslim Ma’a al-Qur’an beliau menegaskan bahwa kewajiban seorang Muslim terhadaap al-Qur’an ada tiga, yakni (1) Mengikhlaskan niyat dalam berinteraksi dengan al-Qur’an, baik saat mendengarkan, membaca, menghafal, menadabur, dan mengamalkan; (2) Mengagungkan al-Qur’an; dan (3) Merenungkan (tadabbur) dan memikirkan (tafakkur) ma’na-ma’na al-Qur’an. (http://www.almoslim.net/node/137355).

Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah gerakan untuk mengakrabkan umat Islam dengan Al-Qur’an melalui metode dan pendekatan tadabbur. Karena metode  dan pendekataan ini merupakan metode yang disebutkan dan paling disukai oleh Al-Qur’an, sebagaimana dikatakan oleh ustad Bachtiar Nasir. Sebab hanya dengan tadabbur seseorang akan dapat merasakan bukti dan mukjizat bahwa Al-Qur’an berasal dari Allah (QS An-Nisa:82).  (Bachtiar Nasir, Tadabbur Al-Qur’an, hlm.19)

Dengan kegitan Tabligh Akbar Indonesia Bertadabbur Al-Qur’an (IBA) ini diharapkan akan tumbuh kesadaran umat Islam Indonesia untuk menadaburi al-Qur’an. Semoga kegiata ini menjadi mendorong Gerakan Nasional Tadabbur al-Qur’an (GenTaQu) yang telah digagas dan dijalankan oleh ustad Bachtiar Nasir. Sebuah gerakan yang menginspirasi dan memandu ummat menuju bangsa dan generasi cerdas dan Qur’ani. Gerakan berskala nasional ini bertujuan meraih dan menebarkan rahmat/kasih sayang terbesar Allah yaitu hidayah/petunjuk Al-Qur’an kepada segenap komponen bangsa Indonesia. Gerkan ini juga bertujuan menebarkan nilai-nilai universal Al-Qur’an untuk membangun tatanan masyarakat Indonesia yang beradab, cinta damai dan bersatu dalam membangun kebersamaan. (Bachtiar, Tadabbur, hlm.19).

http://miumipusat.org/index.php?option=com_content&view=article&id=214%3Aindonesia-bertadabbur-al-quran&catid=34%3Anews&Itemid=63&lang=en

 

Check Also

014. Syarah Waraqat – Definisi Dzan dan Syak

Definisi al Dzan dan al Syak Bahasan ini merupakan bahasan terakhir sebelum masuk ke bahasan …