Home » Belajar Islam » Featured » Adab-adab sebelum Shalat ‘Ied

Adab-adab sebelum Shalat ‘Ied

Adab-adab sebelum Shalat ‘Ied

1.   Mandi sebelum Shalat ‘Ied, sebagaimana yang dilakukan oleh Ibnu Umar. Nafi’ menceritakan: “Dahulu, pada ‘Idul Fithri, Ibnu Umar Radliyallahu ‘anhuma mandi sebelum berangkat ke tanah lapang.” (HR. Malik dalam Al Muwaththa’, 1/177). Ibnul Qayyim mengatakan, riwayat yang shahih. (Zaadul Ma’ad fii Hadyi Khoiril ‘Ibad, 1/425).

Imam Al-Baihaqi meriwayatkan dari jalan Asy-Syafi’i dari Zaadzan, ia berkata: “Ada orang yang bertanya kepada ‘Ali bin Abi Thalib radliyallahu ‘anhu tentang mandi, maka beliau menjawab:

“Mandi setiap hari, bila engkau mau.” Orang itu berkata: “Tidak (bukan itu yang kumaksudkan), tapi aku bertanya tentang mandi yang disyariatkan.” ‘Ali-pun menjawab: “Mandi pada hari Jum’at, mandi pada hari ‘Arafah, mandi pada hari Nahr (Idul Adlha) dan Idul Fithri.” (Syaikh Al-Albani menshahihkan sanadnya dalam Irwa-ul Ghalil, 1/176).
Syaikh Al-Albani rahimahullah berkata: “Yang paling baik untuk dijadikan sebagai dalil untuk menyatakan dianjurkannya mandi pada dua hari Ied adalah riwayat Al-Baihaqi (di atas).” (Irwa-ul Ghalil, 1/176).

Imam Ibnu Qudamah mengatakan, “Disunnahkan untuk membersihkan diri dengan mandi pada hari raya ‘ied. Ibnu ‘Umar biasa mandi pada hari raya ‘Iedul Fithri. Hal tersebut diriwayatkan dari ‘Ali radhiallahu ‘anhu. Dan hal itu pula yang dikemukakan oleh ‘Alqamah, ‘Urwah, ‘Atha’, an Nakha’i, asy Sya’bi, Qatadah, Abu az Zinad, Malik, asy Syafi’i dan Ibnul Mundzir.” (Al Mughni (3/256).

2.      Berhias serta berpakaian yang terindah dan yang terbaik (HR. Al Bukhari dan Muslim). Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: “Dahulu, ketika keluar pada shalat dua hari raya, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengenakan pakaian yang terindah.” (Zaadul Ma’ad, 1/426).

3.      Makan pagi sebelum berangkat Shalat ‘Iedul Fitri.

Dari ‘Abdullah bin Buraidah, dari ayahnya, ia berkata,

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم لاَ يَغْدُو يَوْمَ الْفِطْرِ حَتَّى يَأْكُلَ وَلاَ يَأْكُلُ يَوْمَ الأَضْحَى حَتَّى يَرْجِعَ فَيَأْكُلَ مِنْ أُضْحِيَّتِهِ

“Dahulu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berangkat shalat ‘Ied pada hari Idul Fithri dan beliau makan terlebih dahulu. Sedangkan pada hari Idul Adha, beliau tidak makan lebih dulu sampai pulang dari shalat ‘Ied baru beliau menyantap hasil qurbannya.” (HR. Ahmad 5/352.Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini hasan)

4.       Dianjurkan datang ke tempat shalat dengan berjalan kaki, kecuali jika ada udzur seperti sakit atau jauh jaraknya. Ibnu Umar -Radliyallahu ‘‘anhuma- berkata:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَخْرُجُ إِلَى الْعِيدِ مَاشِيًا وَيَرْجِعُ مَاشِيًا.

Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam- biasa keluar ke tempat shalat Ied dengan berjalan kaki dan pulang juga berjalan kaki”. (HR. Ibnu Majah, no. 1295. Syaikh Albani dalam Shahih Sunan Ibni Majah no. 1070, mengatakan bahwa Hadits ini hasan).

5.       Bertakbir ketika keluar hendak shalat ‘Ied.

Ibnu ‘Umar berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berangkat shalat ‘Ied (Idul Fithri dan Idul Adha) bersama Al Fadhl bin ‘Abbas, ‘Abdullah bin ’Abbas, ‘Ali, Ja’far, Al Hasan, Al Husain, Usamah bin Zaid, Zaid bin Haritsah, dan Ayman bin Ummi Ayman, mereka mengangkat suara membaca tahlil (Laa ilaha illallah) dan takbir (Allahu Akbar).” (HR. Al Baihaqi (3/279). Hadits ini hasan. Lihat Al Irwa’ (3/123)).

Imam Daruquthni meriwayatkan bahwa Ibnu Umar apabila berangkat untuk shalat Idul Fitri dan Idul Adha, bersungguh-sungguh untuk bertakbir hingga tiba ke tempat shalat, kemudian dia terus bertakbir hingga imam datang.

Ibnu Abi Syaibah meriwayatkan dengan sanad yang shahih dari Az-Zuhri, dia berkata, ‘Orang-orang bertakbir pada hari Ied hingga mereka keluar dari rumah-rumah mereka hingga ketika mereka mendatangi tempat shalat dan hingga imam datang. Apabila imam telah datang, mereka semua diam, jika imam bertakbir, merekapun bertakbir. (Lihat Irwa-ul Ghalil, 2/121)

Ibnu Syihab Az-Zuhri rahimahullah berkata, ‘Dahulu orang-orang bertakbir sejak mereka keluar dari rumah-rumah mereka hingga datangnya imam (ke tempat shalat untuk memulai shalat).

6.       Menempuh jalan yang berbeda pada saat berangkat dan pulang, Jabir -radliyallaahu ‘‘anhu- berkata:

كَانَ النَّبِىُّ صلى الله عليه وسلم إِذَا كَانَ يَوْمُ عِيدٍ خَالَفَ الطَّرِيقَ

“Dahulu Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam- ketika hari ‘Ied beliau lewat jalan yang berbeda ketika berangkat dan pulang.”. (HR. Al Bukhari, no. 986).

7.       Membawa serta anak-anak dan kaum wanita untuk menghadiri shalat ‘Ied. Dalil membawa kaum wanita adalah hadits dari Ummu ‘Athiyah, beliau berkata,

أَمَرَنَا – تَعْنِى النَّبِىَّ صلى الله عليه وسلم– أَنْ نُخْرِجَ فِى الْعِيدَيْنِ الْعَوَاتِقَ وَذَوَاتِ الْخُدُورِ وَأَمَرَ الْحُيَّضَ أَنْ يَعْتَزِلْنَ مُصَلَّى الْمُسْلِمِينَ.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kepada kami pada saat shalat ‘Ied (Idul Fithri ataupun Idul Adha) agar mengeluarkan para gadis (yang baru beranjak dewasa) dan wanita yang dipingit, begitu pula wanita yang sedang haidh. Namun beliau memerintahkan pada wanita yang sedang haidh untuk menjauhi tempat shalat.“ (HR. Muslim, no. 890)

Sedangkan dalil membawa anak-anak adalah dari Ibnu ‘Abbas -Radliyallahu ‘anhuma-, yang ketika itu masih kecil, pernah ditanya,

Apakah engkau pernah menghadiri shalat ‘Ied bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam?” Ia menjawab,

نَعَمْ ، وَلَوْلاَ مَكَانِى مِنَ الصِّغَرِ مَا شَهِدْتُهُ

“Iya, aku menghadirinya. Seandainya bukan karena kedudukanku yang termasuk sahabat-sahabat junior, tentu aku tidak akan menghadirinya.” (HR. Al Bukhari no. 977).

 

 

 

Check Also

Indonesia Bertadabbur al Qur’an

Sungguh, Tadabbur al-Qur’an itu sangat urgen. Karena ia merupakan sebab kemuliaan (izzah) kita. Tadabbur juga …