Home » Belajar Islam » Resensi Buku » METODE IMAM AT TIRMIDZI DALAM MENYUSUN BUKU SYAMAIL

METODE IMAM AT TIRMIDZI DALAM MENYUSUN BUKU SYAMAIL

METODE IMAM AT TIRMIDZI DALAM MENYUSUN BUKU SYAMAIL

 

Beberapa metode Imam at Tirmidzi dalam menyusun bukunya Syamail, bisa diringkaskan sebagai berikut:

 

  1. Pembagian kitab dan bab.
  • Imam at Tirmidzi menggunakan istilah abwaab (jamak dari kata bab) untuk istilah kitab yang umum dikenal di kalangan para ulama.
  • Ada perbedaan pendapat mengenai jumlah bab dalam buku ini. Hal ini terdapat pada beberapa naskah buku Syamail karena ada bab yang digabungkan dan ada yang dipisahkan. Pendapat yang banyak digunakan adalah 56 bab.
  • Beliau membuat judul bab yang menunjukkan isi babnya.
  • Umumnya judul babnya mudah dipahami. Tidak perlu telaah yang mendalam untuk menyimpulkannya.
  • Judul yang dibuat beragam, antara lain:
  • Pertanyaan, seperti pada Bab (34) Bagaimana Cara Berbicara Rasulullah ﷺ?
  • Kalimat berita secara umum, seperti pada Bab (1) Fisik Rasulullah ﷺ, Bab (2) Tanda Kenabian atau Bab (3) Rambut Rasulullah ﷺ. Ini ada cara yang paling banyak digunakan.
  • Kalimat berita secara khusus, seperti pada Bab (13) Rasulullah ﷺ mengenakan cincinnya di tangan kanannya atau Bab (27) Wudlu Rasulullah ﷺ ketika makanan sudah dihidangkan.
  • Redaksinya diambil dari redaksi hadits, seperti pada Bab (13) Rasulullah ﷺ mengenakan cincinnya di tangan kanannya.

 

  1. Jumlah hadits dalam Syamail. Terkait hal ini, bisa dijabarkan sebagai berikut:
  • Jumlahnya ada beda pendapat. Dalam naskah Syamail Muhammadiyah yang ditahqiq oleh Dr. Mahir al Fahl, jumlahnya 415 hadits dengan hadits yang terulang. Jika tanpa hadits yang terulang, ada 368 hadits. Jumlah tersebut berupa: Hadits marfu’ baik berupa perkataan maupun perbuatan. Hadits mawquf dari shahabat maupun tabi’in.
  • Jumlah hadits yang terdapat dalam setiap bab, beragam. Yang terbanyak ada pada bab (26) jenis lauk pauk yang dimakan Rasulullah ﷺ, ada 34 hadits. Sementara yang paling sedikit adalah bab (42) Shalat Tathawwu’ Rasulullah ﷺ, yang hanya terdiri dari 1 hadits saja.

 

  1. Caranya meriwayatkan sanad hadits.

Pada prinsipnya, hadits disebutkan lengkap sanad dan matannya. Namun karena khawatir terlalu panjang, maka diringkas, hal itu dilakukan dengan

  • Menggabungkan beberapa gurunya yang meriwayatkan hadits dengan menggunakan kata sambung (huruf ‘athaf) dan (waw).
  • Menyebutkan sebagian jalur (sanad) hadits lalu sisanya beliau tidak sebutkan lengkap.
  • Mengumpulkan semua sanad yang bersumber dari satu rawi dengan huruf ha’ (ح)

 

  1. Komentar terhadap hadits.

Imam at Tirmidzi tidak memberikan penilaian hukum terhadap hadits pada buku Syamail, kecuali hanya pada beberapa tempat saja. Metode ini berbeda dengan yang beliau tempuh di Kitab Al Jaami’ nya atau bisa dikenal dengan Sunan at Tirmidzi. Nampaknya beliau mencukupkan dengan penilaian terhadap sanad dengan penjelasan beliau di kitab Sunannya (Sunan at Tirmidzi). Beliau tidak ingin mengulang kembali di sini.

 

  1. Metode dalam menyebutkan rawi (orang yang meriwayatkan hadits).

Imam at Tirmidzi menyebutkan nama dari beberapa rawi yang disebutkan kunyahnya. Seperti: Abu Rimtsah adalah Rifa’ah bin Yatsribi at Taimi (Lihat hadits no: 45), Jabir ini adalah Jabir bin Thariq yang biasa dipanggil Ibnu Abu Thariq. Beliau adalah salah seorang shahabat Rasulullah ﷺ. Kami tidak mengetahui hadits yang dimilikinya selain satu hadits ini. Sedangkan Abu Khalid nama aslinya adalah Sa’ad. (hadits no 162).

 

  1. Metode dalam menjelaskan gharib atau kata yang asing.

Imam at Tirmidzi menjelaskan kata gharib / yang asing (perlu dijelaskan maksudnya). Seperti pada hadits no 7.

 

  1. Metode dalam menjelaskan kandungan hadits (fiqhul hadits).

Imam at Tirmidzi kadang menjelaskan fiqih hadits (pelajaran yang bisa dipetik dari hadits). Seperti pada hadits no 237, hadits Abu Umair.

 

  1. Tingkat keshahihan hadits.

Hadits yang dipilih oleh Imam at Tirmidzi dalam Syama-il, tidak semuanya shahih. Ada yang shahih dan dla’if. Hadits yang shahih, terdapat di Shahih Bukhari dan Muslim atau salah satunya, Kitab Sunan atau kitab hadits lainnya. Selain itu, ada hadits yang dla’if (lemah) dengan beberapa tingkatannya. Bahkan ada yang dla’if yang tidak bisa terangkat sampai tingkat hasan. Syaikh Muhammad Nasiruddin al Albani mengkaji hadits-hadits yang terdapat dalam Syamail dan sampai pada kesimpulan bahwa hadits yang tidak shahih berjumlah 52 hadits (Muqaddimah Mukhtashar Asy Syama-il, 5-9).

 

  1. Cetakan Syamail berbahasa Arab.

Cetakan kitab Syamail dalam versi Bahasa Arab, beragam. Tidak kurang dari 10 cetakan. Kualitas cetakan juga beragam. Ada yang disertai tahqiq dan takhrij. Salah satunya adalah tahqiq ‘Izzat Ubaid ad Da’aas yang terbit yang dicetak tahun 1968. Di beberapa web, tersedia pdf cetakan ketiga buku ini, yang terbit tahun 1988.

 

 

 

 

 

Check Also

Khutbah Jum’at 21 September 2012

KEMARAHAN YANG BIJAK TERHADAP FILM PENGHINA RASULULLAH shallallahu ‘alaihi wa sallam إن الحمد لله نحمده ونستعينه …