Ketiga, Islam mempunyai model teladan yang abadi (uswah hasanah), yaitu Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam. Sebagai “model abadi”, seluruh ucapan dan tindakan Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam menjadi contoh/teladan bagi Muslim. Model itu begitu lengkap. Kita berusaha mencontoh Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam dalam segala aspek kehidupan. Mulai dari cara/adab bangun tidur, masuk kamar mandi, mengenakan pakaian, memulai dan mengakhiri makan, sampai cara berdagang, memimpin perang, memimpin negara, memimpin keluarga, dan sebagainya, semuanya ada contoh teladan dari Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam. Ini istimewa dan khas Islam. Ini sangat patut kita syukuri, karena dalam beragama dan menjalani kehidupan, kita mendapatkan panduan langsung dari utusan Tuhan Yang Mahakuasa; tidak meraba-raba dalam kegelapan dan berspekulasi. Silakan diteliti, apakah ada agama atau peradaban yang memiliki contoh yang lengkap seperti Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam. Uniknya, Sang Nabi yang mulia itu tidak pernah semenit pun, namanya tidak disebut dan didoakan.
Setelah wahyu Allah subhaanahu wa ta’aalaa sempurna diturunkan kepada Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam, maka Allah menegaskan, bahwa: Pada hari ini telah Aku sempurnakan bagimu agamamu, dan Aku cukupkan bagimu nikmat-Ku, dan Aku ridhai Islam sebagai agamamu” (QS. al-Ma-idah [5]: 3). Ayat ini secara tegas menyebutkan, bahwa “Islam” adalah agama yang diridhai oleh Allah. Dan kata “Islam” dalam ayat ini adalah menunjuk kepada nama agama yang diturunkan oleh Allah Swt kepada Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam. Bahkan, secara tegas, nama agama ini diberi nama “Islam” setelah sempurna diturunkan oleh Allah kepada Nabi-Nya yang terakhir, yakni Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam. Para pengikut nabi-nabi sebelumnnya diberi sebutan sebagai ‘muslimun’ tetapi nama agama para nabi sebelumnya, tidak secara tegas diberi nama “Islam”, sebagaimana agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam. Meskipun, semua agama yang dibawa oleh para nabi mengandung inti ajaran yang sama, yakni ajaran Tauhid.
Namun, agama-agama para nabi sebelumnya, sudah sulit dipastikan keautentikannya, karena sudah mengalami tahrif (perubahan) dari pemeluknya (QS. Al Baqarah [2]: 59, 75, 79). Karena itulah harusnya pengikut para nabi sebelumnya, seperti kaum Yahudi dan Nasrani, juga mengimani nabi Muhammad sebagai nabi Allah subhaanahu wa ta’aalaa.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Demi Dzat yang menguasai jiwa Muhammad, tidak ada seorang pun baik Yahudi maupun Nashrani yang mendengar tentang diriku dari Umat Islam ini, kemudian ia mati dan tidak beriman terhadap ajaran yang aku bawa kecuali ia akan menjadi penghuni neraka” (HR. Muslim).
Karena Islam memelihara kontinuitas kenabian, maka dalam pandangan Islam, Islam adalah satu-satunya agama yang memelihara kontinuitas wahyu. Karena itu, Islam bisa dikatakan
sebagai satu-satunya agama wahyu. Dengan itu, maka Islam adalah satu-satunya agama yang memiliki ritual yang universal, final, dan autentik, karena Islam memiliki teladan (model) yang
final sepanjang zaman. Sifat autentisitas dan universalitas Islam masih terpelihara hingga kini. Meskipun zaman berganti, ritual sama. Tidak pandang waktu dan tempat.