Iman adalah Motor Penggerak Utama yang melejitkan himmah. Dialah sebab pertama yang meneguhkan tekat, memantapkan niat, mengasah kebaranian dan menerobos semua tantangan. Iman ini pulalah yang menjadikan segala urusan kecil walau tidak bermaksut meremeh-remehkannya.
Sejarah ummat islam membuktikan itu semua. Siapa yang bisa membayangkan Persia dan Romawi bisa tunduk dibawah telapak kaki kaum muslimin pada masa pemerintahan umar bin khotthab. Padahal kecanggihan teknologi perang kaum muslimin saat itu belum bisa disebut canggih. Siapa yang bisa menduga, kalau Shslahuddin Al-Ayyubi mampu mengalahkan pasukan salib yang luar biasa kuatnya. Padahal kaum muslimin saat itu dalam keadaan lemah, kualitas hidup mereka merosot di seluruh bidang kehidupan. Siapa yang bisa menyangka kalau seorang pemuda bisa mewujutkan sabda Rasulullah,
“konstantinopel akan ditaklukkan di tangan seorang laki-laki. Maka sebaik-baik pemimpin adalah pemimpinnya, dan sebaik-baik tentara adalah tentaranya”. (HR. Ahmad)
Padahal ambisi mewujutkan cita-cita ini seakan hampir mustahil, sebab Mu’awiyah Bin Abi Sufyan sudah merintis usaha ini pada masa pemerintahannya. Itu artinya, impian besar ini terwujud setelah tujuh abad kemudian. Tepatnya pada masa pemerintahan pemuda itu. Muhammad Bin Murad atau yang lebih dikenal dengan nama Muhammad Al-Fatih, salah satu khalifah pada masa khilafah Utsmaniyah. Iman ini pulalah yang menjadikan rentang usia seorang muslim menjadi berkah. Bahkan melintasi zamannya. Sejarah ummat islam membuktikan itu semua. Siapa yang mengira kalau sebuah buku kecil, dibaca, dipelajari, disyarah, diberi komentar sampai detik ini. padahal. Buku ini ditulis sejak delapan abad lalu. Inilah berkah kehidupan. Inilah berkah buku kecil, Arba’un An Nawawi. Seberkah usia penulisnya, imam Abu Zakariya An-Nawawi. Meski usia fisiknya hanya 45 tahun, namun usia karyanya memanjang sepanjang zaman.
Iman itu memang ajaib. Tapi justru iman itulah pintu utama jalan menuju kebesaran. Dari sini seorang muslim mendapat akses menuju keagungan. Sebab dengan iman ia menggantungkan harapan kepada pemilik langit; pemilik segala sesuatu. Dengan iman ia menyedot kekuatan dari yang maha kuat; allah azza wa jall. Begitulah seterusnya, pada awalnya keinginan itu mungkin hanya sebatas impian. Sekedar harapan. Tidak lebih dari itu. Apalagi jika sarana penunjang untuk mencapainya tidak ada. Tetapi, ketika impian itu disentuh oleh iman jadilah ia seperti gelombang dahsyat yang menyapu segala penghalang; yang meluluhlantakkan semua tembok perintang. Itulah kerja iman, menjadikan keinginan yang biasa-biasa menjadi himmah ‘aliyah,, menggerakkan ombak tenang menjadi tsunami dahsyat. Dengan cara itulah shahibul himmah meraih segala citanya.
Demikianlah adanya. Sebab pemilik iman itu, kata Syaikhul slam Ibnu Taimiyah, mereka meraih sesuatu dalam waktu singkat berupa ilmu dan amal melimpah yang tidak diperoleh orang selain mereka dalam hitungan abad dan generasi.
http://wahdah.or.id/tekad/iman-dan-himmah.html