Hadits-Hadits Lemah Seputar Dzulhijjah
Seiring dengan masuknya bulan Dzul Hijjah, ada sebagian khatib membawakan hadits-hadits mengenai keistimewaannya dan keutamaan beribadah di waktu tersebut, walaupun terkadang hadits tersebut tidak pernah diriwayatkan secara shahih dari Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Hadits-hadits tersebut bukan hanya lemah (dloif) bahkan ada yang berstatus sebagai hadits maudlu’ (palsu). Diantara hadits-hadits lemah dan palsu tersebut, antara lain:
1. Hadits
مَا مِنْ أَيَّامٍ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ أَنْ يُتَعَبَّدَ لَهُ فِيهَا مِنْ عَشْرِ ذِي الحِجَّةِ، يَعْدِلُ صِيَامُ كُلِّ يَوْمٍ مِنْهَا بِصِيَامِ سَنَةٍ، وَقِيَامُ كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْهَا بِقِيَامِ لَيْلَةِ القَدْرِ
“Tidak ada hari yang paling dicintai Allah untuk diibadahi pada hari itu selain 10 hari di (awal) bulan Dzulhijjah, pahala puasa pada setiap harinya senilai dengan pahala puasa sepanjang tahun, dan sholat pada setiap malamnya senilai dengan sholat pada malam Lailatul Qadar”
(Dha’if (lemah). HR Tirmidzi dan Ibnu Majah. Imam At Tirmidzi berkata, “Hadits ini gharib tidak diketahui selain dari hadits Mas’ud bin Washil, dari Al-Nahhaas, … (dst)”, dan didha’ifkan Syaikh Al Albani dalam Dha’if Sunan Ibni Majah (1728) no. 377, Lihat Silsilah Adh Dha’ifah, 5142).
2. Hadits:
مَنْ صَامَ اْلعَشْرَ فَلَهُ بِكُلِّ يَوْمٍ صَوْمُ شَهْرٍ وَلَهُ بِصُومِ يَوْمِ التَّرْوِيَةِ سَنَة، وَلَهُ بِصُومِ يَوْمِ عَرَفَةَ سَنَتَانِ
“Barangsiapa yang berpuasa sepuluh hari bulan Dzulhijjah maka baginya untuk setiap harinya seperti puasa sebulan, dan baginya untuk puasa hari tarwiyah seperti setahun, dan baginya untuk puasa hari Arafah seperti puasa dua tahun“.
(Maudhu’ (Palsu). Hadits ini dihukumi palsu oleh Ibnu Jauzi dalam kitab Al-Maudhuat (2/198), Suyuthi dalam kitab Al-La-aali al-Mashnu’at fil Ahaadiits al-Mawdlu’ah (2/107-108), dan Asy-Syaukani dalam kitab Al Fawaid al-Majmu’ah fil Ahaadiits al-Mawdlu’ah (hlm. 96)).
3. Hadits:
مَنْ صَامَ آخر يَوْمٍ مِنْ ذِي الحِجَّةِ، وأول يَوْمٍ مِنْ المحرم، فَقَدْ خَتَمَ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ، وَافْتَتَحَ لِلسَّنَةِ الْمُسْتَقْبلَةِ بِصَوْمٍ، جَعَلَهُ اللهُ كَفَّارَةَ خَمْسِينَ سَنَةً
“Barangsiapa berpuasa pada hari terakhir bulan Dzulhijjah, dan hari pertama bulan Muharram, maka sungguh dia telah menyempurnakan puasa tahun lalu, dan membuka tahun depan dengan puasa, Allah menjadikannya penebus dosa selama lima puluh tahun“.
(Maudhu’ (Palsu). Hadits ini dihukumi palsu oleh Ibnu Jauzi dalam kitab Al-Maudhuat (2/199), dan Suyuthi dalam kitab Al-La-aali al-Mashnu’at fil Ahaadiits al-Mawdlu’ah (2/108), dan Asy Syaukani dalam kitab Al Fawaid al-Majmu’ah fil Ahaadiits al-Mawdlu’ah (hlm. 96)).
4. Hadits:
مَنْ صَلَّى يَوْمَ عَرَفَةَ بَيْنَ الظُّهْرِ وَاْلعَصْرِ أَرْبَعَ ركَعَاتٍ، يَقْرَأُ فِي كُلّ ركْعَةٍ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ مَرَّةً، وَقُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ خَمْسِينَ مَرَّةً، كَتَبَ اللهُ لَهُ أَلْفَ أَلْف حَسَنَة ….إلخ
“Barangsiapa yang shalat pada hari Arafah antara Dhuhur dan Ashar empat rakaat, dia membaca setiap rakaatnya Al-Fatihah sekali, dan Qul Huwallahu Ahad lima puluh kali, maka Allah Menulis untuknya sejuta kebaikan…”
Maudhu’ (Palsu). Hadits ini dihukumi palsu oleh Ibnu Jauzi dalam kitab Al-Maudhuat (2/132), dan Asy Syaukani dalam kitab Al Fawaid al-Majmu’ah fil Ahaadiits al-Mawdlu’ah (53)
5. Hadits:
مَنْ صَلَّى يَوْمَ عَرَفَةَ ركْعَتَيْنِ يَقْرَأُ فِي كُلّ ركْعَةٍ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ …. إلاَّ قَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: أشْهدكُمْ أَنّي قَدْ غَفَرْتُ لَهُ
“Barangsiapa shalat pada hari Arafah dua rakaat membaca pada setiap rakaatnya Al-Fatihah tiga kali…..kecuali Allah Azza Wajalla berkata: Aku Bersaksi pada kalian bahwa Aku telah mengampuninya“.
(Maudhu’ (Palsu). Hadits ini dihukumi palsu oleh : Ibnu Jauzi dalam kitab Al-Maudhuat (2/133), dan Asy Syaukani dalam kitab Al Fawaid al-Majmu’ah fil Ahaadiits al-Mawdlu’ah (53)).
6. Hadits:
مَنْ صَلَّى لَيْلَةَ النَّحْرِ ركْعَتَيْنِ يَقْرَأُ فِي كُلّ ركْعَةٍ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ خَمْسَ عَشرَةَ مَرَّةً، وَقُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ خَمْسَ عَشرَةَ مَرَّةً …. جَعَلَ الله اسْمَهُ فِي أَصْحَابِ الْجَنَّةِ … إلخ
“Barangsiapa yang shalat malam hari raya kurban dua rakaat membaca pada setiap rakaat Al-Fatihah lima belas kali, dan Qul Huwallahu Ahad lima belas kali….maka Allah Memasukkan namanya diantara penghuni surga…”
(Maudhu’ (Palsu). Hadits ini dihukumi palsu oleh Ibnu Jauzi dalam kitab Al-Maudhuat (2/133-134), dan Asy Syaukani dalam kitab Al Fawaid al-Majmu’ah fil Ahaadiits al-Mawdlu’ah (hlm. 53)).
7. Hadits:
إِذَا كَانَ يَوْم عَرَفَةَ غَفَرَ اللهُ لِلْحَاجّ، فَإِذَا كان لَيْلَةَ الْمُزْدَلِفَة غَفَرَ اللهُ لِلتُّجَّارِ،…. إلخ
“Apabila masuk hari Arafah Allah Mengampuni jamaah haji, dan apabila malam Muzdalifah Allah Mengampuni para pedagang…”
Maudhu’ (Palsu). Hadits ini dihukumi palsu oleh : Ibnu Jauzi dalam kitab Al Maudhuat (2/215), dan As-Suyuthi dalam kitab Al-La-aali’ al-Mashnu’at fil Ahaadiits al-Mawdlu’ah, (2/124).
8. Hadits
صِيَامُ أَوَّلِ يَوْمٍ مِنَ اْلعَشْرِ يَعْدِلُ مِائَةَ سَنَةٍ وَالْيَوْم الثَّانِي يَعْدِلُ مِائَتَي سَنَةٍ فَإِذَا كانَ يَوْم التَّرْوِيَة يَعْدِلُ أَلْفَ عَامٍ وَصِيَامُ يَوْم عَرَفَةَ يَعْدِلُ أَلْفَيْ عَامٍ
“Puasa di 10 hari awal Dzulhijjah pahalanya senilai dengan puasa 100 tahun, hari kedua (Dzulhijjah) senilai puasa 200 tahun, puasa Tarwiyah (8 Dzulhijjah) pahalanya senilai 1000 tahun, dan puasa ‘Arafah (9 Dzulhijjah) senilai 2000 tahun.”
(Maudhu’ (Palsu). Lihat Tadzkiratul Maudhu’at, Al Fattani 119, Mausu’ah Al Ahadits wa Al Atsar Ad Dha’ifah wa Al Maudhu’at, 13434).
9. Hadits
صَوْمُ يَوْمِ التَّرْوِيةِ كَفَّارَةُ سَنَةٍ وَصَوْمُ يَوْمِ عَرَفَةَ كَفَّارَةُ سَنَتَيْنِ
“Puasa pada hari Tarwiyah (8 Dzulhijjah) menjadi kafarah (penghapus dosa) satu tahun, dan puasa hari ‘Arafah menjadi kafarah dua tahun”
(Maudhu’ (Palsu), lihat Dha’if Al Jami’ ash Shoghir no. 3501, Irwa’ul Ghalil, 4/112).
10. Hadits
كَانَ يَصُومُ تِسْعَ ذِي الْحِجَّةِ، وَيَوْمَ عَاشُورَاءَ، وَثَلَاثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ، أَوَّل اثْنَيْنِ مِنَ الشَّهْرِ وَالْخَمِيسِ وَاْلاِثْنَيْنِ مِنَ الْجُمُعَةِ اْلأُخْرَى
“Adalah (Nabi shallallaahu ‘alahi wa sallam) biasa berpuasa pada kesembilan hari di bulan Dzulhijjah, hari Asyura, tiga hari setiap bulannya, hari Senin pada setiap awal bulan, dan hari Kamis dan Senin pada Jumat kedua”
(Dha’if (lemah). Lihat Dha’if Al Jami’ ash Shoghir no. 4570).
11. Hadits
مَا مِنْ أَيَّامٍ أَفْضَل عِنْدَ اللهِ وَلاَ اْلعَمَل فِيهِنَّ أَحَبّ إِلَى اللهِ عَزّ وَجَلَّ مِنْ هذِهِ اْلأَيَّامِ – يَعْنِي مِنْ اْلعَشْرِ –، فَأَكْثِرُوا فِيهِنَّ مِنَ التَّهْلِيلِ وَالتَّكْبِيرِ وَذِكْرِ اللهِ، وَاْلعَمَل فِيهِنَّ يُضَاعَفُ بِسَبْعِمِائَةٍ
“Tidak ada hari yang lebih utama di sisi Allah dan tidak ada amal yang dikerjakan di waktu tersebut yang paling dicintai Allah ‘Azza wa Jalla daripada hari ini –yaitu 10 hari di awal bulan Dzulhijjah- maka perbanyaklah kalian bertahlil dan bertakbir mengingat Allah di dalamnya. Amal di bulan ini dilipatgandakan 700 kali lipat.”
(Dha’if (lemah). Lihat Dha’if At Targhib wa At Tarhib 1/184, no. 735).
12. Hadits
اخْتَارَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ الزَّمَانَ، فَأَحَبُّ الزَّمَانِ إِلَى اللَّهِ الْأَشْهُرُ الْحُرُمُ ، وَاخْتَارَ الْأَشْهُرَ ، فَأَحَبُّ الْأَشْهُرِ إِلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ ذُو الْحِجَّةِ ، وَأَحَبُّ ذِي الْحِجَّةِ إِلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ الْعَشْرُ الْأُوَلُ
“Allah ‘Azza wa Jalla telah memilih satu waktu, dan waktu yang paling Allah ‘Azza wa Jalla cintai ialah Dzulhijjah, dan waktu yang paling Allah ‘Azza wa Jalla cintai di bulan Dzulhijjah ialah sepuluh hari awal.”
(Dha’if (lemah). Lihat Mutsirul Ghoroom as Saakin Ilaa Asyrofil Amaakin, no. 70. Didha’ifkan oleh Ibnu Rajab di Lathaa’iful Ma’arif 295).
13. Hadits
عَنِ الْأَوْزَاعِيُّ رحمه الله قَالَ: “بَلَغَنِي أَنَّ الْعَمَلَ فِي الْيَوْمِ مِنْ أَيَّامِ الْعَشْرِ كَقَدْرِ غَزْوَةٍ فِي سَبِيلِ اللهِ، يُصَامُ نَهَارُهَا وَيُحْرَسُ لَيْلُهَا إِلَّا أَنْ يُخْتَصَّ امُرُؤٌ بِشَهَادَةٍ”. قَالَ الْأَوْزَاعِيُّ: حَدَّثَنِي بِهَذَا الْحَدِيثِ رَجُلٌ مِنْ قُرَيْشٍ مِنْ بَنِي مَخْزُومٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Dari Al-Awzaa’i rahimahullah beliau berkata, “Telah sampai kepadaku bahwasanya amal di sepuluh hari awal bulan Dzulhijjah pahalanya seperti berperang di jalan Allah, siang harinya diisi dengan puasa dan malam harinya dengan giat (beribadah), kecuali seseorang yang telah dikhususkan dengan syahadah (mati syahid)”. Telah menceritakan kepadaku dengan hadits ini seorang dari Bani Makhzum, dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam.
(Dha’if (lemah). Didha’ifkan Al Albani dalam Dha’if At Targhib dan At Tarhib 1/365 dan makna hadits ini shahih dengan lafadz selain ini (yaitu “berpuasa di siang harinya dan giat beribadah di malam harinya”) lihat Shahih Ibnu Hibban 3853).
14. Hadits
أَرْبَعٌ لَمْ يَكُنْ يَدَعُهُنَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صِيَامَ عَاشُورَاءَ وَالْعَشْرَ وَثَلَاثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ وَرَكْعَتَيْنِ قَبْلَ الْغَدَاةِ
“Empat hal yang tidak pernah ditinggalkan oleh Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam : Puasa hari ‘Asyura (10 Muharram), 10 hari di awal Dzulhijjah, tiga hari di setiap bulan, dan dua raka’at sebelum matahari terbit”
(Dha’if (lemah). Dinilai dha’if (lemah) oleh Al Albani dalam Al Irwa’, no. 954, Shahih wa Dha’if Sunan An Nasa’i, no. 2416).
15. Perkataan Anas bin Malik
كَانَ يُقَالُ فِي أَيَّامِ الْعَشْرِ بِكُلِّ يَوْمٍ أَلْفٌ، وَيَوْمُ عَرَفَةَ عَشْرَةُ آلَافِ يَوْمٍ “. يَعْنِي فِي الْفَضْلِ
“Dahulu biasa dikatakan pada hari-hari di sepuluh awal Dzulhijjah, ’Setiap hari keutamaannya seperti 1000 hari’ dan pada hari Arafah keutamaannya 10.000 kali lipat.’”
(Dha’if (lemah). HR. Baihaqi dalam Syu’abul Iman, no.3488. Didha’ifkan oleh Al Albani dalam al-Targhib wat Tarhib, no. 736 dan Silsilah Dla’iifah, 11/243-244).
16. Hadits
أَنّ شَاباً كانَ صَاحِبَ سماع فَكَانَ إِذَا هل هِلال ذِي الْحِجَّةِ أَصْبَحَ صَائِمًا فَأَرْسَلَ إِلَيْهِ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم فَقَالَ: مَا يَحْمِلُكَ عَلَى صِيَامِ هذِهِ اْلأَيَّامِ؟ قَالَ: بِأَبِي وَأُمِّي يَا رَسُولَ اللهِ إِنَّهَا أَيَّام الْمَشَاعِر وَأيَّام اْلحَجِّ عَسَى اللهُ عَزَّ وَجَلَّ أَنْ يُشْرِكَنِي فِي دُعَائِهِمْ، فَقَالَ لَك َبِكُلِّ يَوْمٍ عدْل مِائَةِ رَقَبَةٍ تَعْتِقُهَا، وَمِائَةِ رَقَبَةٍ تَهْدِيهَا إِلَى بَيْتِ اللهِ، وَمِائَةِ فَرَسٍ تَحْمِلُ عَلَيْهَا فِي سَبِيلِ اللهِ فَإِذَا كَانَ يَوْم التَّرْوِيَة، فَذلِكَ عدل أَلْف رَقَبَةٍ، وَأَلْف بَدَنَة، وَأَلْف فَرَسٍ تَحْمِلُ عَلَيْهَا فِي سَبِيلِ اللهِ إِذَا كانَ يَوْم عَرَفَةَ، فَذلِكَ عدْل أَلْفَيْ رَقَبَةٍ، وَأَلْفَيْ بَدَنَة، وَأَلْفَيْ تَحْمِلُ عَلَيْهَا فِي سَبِيلِ اللهِ، وَصِيَام سَنَتَيْنِ قَبْلَهَا، وَسَنَتَيْنِ بَعْدَهَا.
“Dahulu ada seorang pemuda yang biasa memperdengarkan (nyanyian) dan setiap nampak hilal (awal) bulan Dzulhijjah ia berpuasa. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam diutus kepadanya dan bertanya, ‘Apa yang membuatmu berpuasa pada hari-hari ini?”. Ia menjawab, “Ayah dan ibuku jadi tebusanku, wahai Rasulullah, sesungguhnya inilah hari-hari Masya’ir dan haji, aku berharap Allah ‘Azza wa Jalla menyertakanku dalam do’a mereka. Kemudian Nabi berkata kepadanya, ‘Setiap harinya (engkau berpuasa –pent) senilai dengan pahala membebaskan 100 budak, kemudian 100 budak tersebut menjadi penunjuk jalan ke Baitullah, dan 100 kuda betina yang mereka kendarai di jalan Allah jika itu hari Tarwiyah, senilai dengan 1000 budak, dan 1000 unta, dan 1000 kuda yang mereka kendarai di jalan Allah, jika itu hari Arafah, senilai dengan 2000 budak, 2000 unta, 2000 yang mereka kendarai di jalan Allah, puasa dua tahun sebelumnya dan puasa dua tahun setelahnya”.
(Maudhu’ (Palsu), Lihat “Al-Maudhu’at” (2/198), Al-La-aali’ al-Mashnu’ah fil Ahaadiits al-Mawdlu’ah (2/91), Tanziih al-Syari’ah al-Marfu’ah ‘an al-akhbaar al-syani’ah al-mawdlu’ah 2/175 dan Al Fawaid al-Majmu’ah fil Ahaadiits al-Mawdlu’ah (hlm. 95)).
17. Hadits
فِي أَوَّلِ يَوْمٍ مِنْ ذِي الْحِجَّةِ غَفَرَ اللهُ فِيهِ لِآدَمَ وَمَنْ صَامَ هذَا اْليَوْمَ غَفَرَ اللهُ لَهُ كُلَّ ذَنْبٍ
وَفِي اْليَوْمِ الثَّانِي اسْتَجَابَ اللهُ لِسَيِّدِنَا يُوسُف، وَمَنْ صَامَ هذَا اْليَوْمَ كَمَنْ عَبَدَ اللهَ سَنَةً وَلَمْ يَعْصِ اللهَ طَرْفَةَ عَيْنٍ
وَفِي اْليَوْمِ الثَّالِثِ اسْتَجَابَ اللهُ دُعَاءَ زكَرِيَّا، وَمَنْ صَامَ هذَا اْليَوْمَ اسْتَجَابَ اللهُ لِدُعَائِهِ
وَفِي اْليَوْمِ الرابع وُلِدَ سَيّدُنَا عيسى عليه السلام، وَمَنْ صَامَ هذَا اْليَوْمَ نَفَى اللهُ عَنْهُ اْليَأْسَ وَاْلفَقْرَ وَفِي يَوْمِ اْلقِيَامَةِ يُحْشَرُ مَعَ السَّفَرَةِ اْلكَرَامِ
وَفِي اْليَوْمِ الخامِسِ وُلِدَ سَيّدُنَا مُوسَى عليه السلام، وَمَنْ صَامَ هذَا اْليَوْمَ برئ مِنَ النّفَاقِ وَعَذَابِ اْلقَبْرِ
وَفِي اْليَوْمِ السَّادِسِ فَتَحَ اللهُ لِسَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ عَلَيْهِ الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ بِالْخَيْرِ، وَمَنْ صَامَهُ يَنْظُرُ اللهُ إِلَيْهِ بِالرَّحْمَةِ وَلاَ يُعَذّبُهُ أَبَدًا
وَفِي اْليَوْمِ السَّابِعِ تُغْلَقُ فِيهِ أَبْوَابُ جَهَنَّم، وَمَنْ صَامَهُ أَغْلَقَ اللهُ لَهُ ثَلاثِينَ بَابًا مِنَ اْلعُسْرِ وَفَتَحَ اللهُ لَهُ ثَلاثِينَ بَابًا مِنَ اْلخَيْرِ
وَفِي اْليَوْمِ الثَّامِنِ الْمُسَمَّى بِيَوْمِ التَّرْوِيَةِ وَمَنْ صَامَهُ أُعْطِيَ لَهُ مِنَ اْلأَجْرِ مَا لَا يَعْلَمُهُ إِلاَّ اللهُ
وَفِي اْليَوْمِ التَّاسِعِ وَهُوَ يَوْمُ عَرَفَةَ مَنْ صَامَهُ يَغْفِرُ اللهُ لَهُ سَنَةً مِنْ قَبْل وَسَنَةً مِنْ بَعْد
وَفِي اْليَوْمِ العَاشِرِ يَكُونُ عِيدُ اْلأَضْحَى وَفِيهِ قُرْبَانٌ وَذَبْحُ ذَبِيحَةٍ وَعِنْدَ أَوَّلِ قَطْرَةٍ مِنْ دِمَاءِ الذَّبِيحَةِ يَغْفِرُ اللهُ ذُنُوبَهُ وَذُنُوبَ أَوْلاَدِهِ. وَمَنْ أَطْعَمَ فِيهِ مُؤْمِنًا وَتَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ بَعَثَهُ اللهُ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ آمِنًا وَيَكُونُ مِيزَانهُ أَثْقَل مِنْ جَبَلِ أُحُدٍ
“Di hari pertama bulan Dzulhijjah Allah mengampuni Adam dan barangsiapa yang berpuasa pada hari tersebut Allah akan mengampuni seluruh dosanya”
“Di hari kedua Allah mengabulkan doa sayyidina Yusuf, dan barangsiapa yang berpuasa di hari itu pahalanya seperti beribadah kepada Allah setahun penuh dan tidak bermaksiat walau sekejap mata”
“Di hari ketiga Allah mengabulkan doa Zakaria, dan barangsiapa yang berpuasa pada hari itu Allah akan mengabulkan doanya”
“Di hari keempat lahir sayyidina ‘Isa ‘alaihissalam, dan barangsiapa berpuasa pada hari itu Allah akan menghilangkan kefakiran darinya dan pada hari kiamat ia akan dikumpulkan bersama As Safarat Al Kiram (malaikat yang mulia –pent)
“Di hari kelima lahirlah Musa ‘alaihissalam, dan barangsiapa berpuasa pada hari itu ia akan dibebaskan dari sifat munafik dan adzab kubur”
“Di hari keenam Allah membukakan sayyidina Muhammad ‘alaihis sholatu wassalam kebaikan, dan barangsiapa berpuasa pada hari itu Allah akan melihatnya dengan rahmat-Nya dan ia tidak akan diadzab”
“Di hari ketujuh ditutup pintu-pintu jahannam, dan barangsiapa berpuasa pada hari itu Allah akan tutup baginya 30 pintu kesulitan dan Allah bukakan baginya 30 pintu kebaikan”
“Di hari kedelapan yang disebut juga dengan hari Tarwiyah, barangsiapa berpuasa pada hari itu akan diberi balasan yang tidak diketahui oleh siapapun kecuali Allah”
“Di hari kesembilan yaitu hari Arafah barangsiapa berpuasa pada hari itu Allah akan mengampuni dosanya selama setahun sebelumnya, dan setahun sesudahnya”
“Di hari kesepuluh yaitu Idul Adha, di dalamnya terdapat qurban, penyembelihan, dan pengaliran darah (hewan qurban), Allah akan mengampuni dosa anak-anaknya (yaitu orang yang berpuasa tadi –pent). Barangsiapa yang member makan orang mukmin dan bershadaqah Allah akan mengutus baginya pada hari kiamat, keamanan dan timbangannya lebih berat dari Gunung Uhud”
Hadits ini tidak ada asalnya, sebagaimana yang dijelaskan dalam fatwa Lajnah Daimah no 20803. Lihat: (http://www.alifta.net/Fatawa/fatawaDetails.aspx?BookID=3&View=Page&PageNo=1&PageID=11408)
18. Hadits
مَنْ صَامَ يَوْمَ ثَمَان عَشْرَةَ مِنْ ذِيْ الْحِجَّةِ؛ كتبَ لَهُ صِيَام سِتّينَ شَهْراً
”Barangsiapa berpuasa pada hari ke-28 Dzulhijjah, akan dituliskan baginya pahala puasa 60 bulan”
(Sanadnya dha’if, lihat Silsilah Al-Ahadits Al-Dha’ifah 10/594).